Jakarta - Keberadaan warung remang-remang dan praktik
prostitusi di Parung, Bogor Jawa Barat sudah berlangsung puluhan tahun.
Sederat razia yang dilakukan baik oleh pemerintah daerah, maupun
organisasi masyarakat tak bisa menghilangkan
praktik prostitusi di Parung. Sebagaimana dipahami banyak orang praktik prostitusi
sudah terlanjur mendapat dukungan dari oknum masyarakat Parung. Oknum masyarakat
menganggap hadirnya warung remang-remang banyak mendatangkan keuntungan.
Anggapan itu tidak salah. Karena dalam praktiknya banyak
masyarakat yang menyewakan rumah, warung hingga bahan makanan untuk
pekerja seks komersial di Parung. Warga pun bisa mendapatkan uang dengan
cara mudah dan cepat. Tak heran jika akhirnya banyak masyarakat yang
justru membantu kegiatan warung remang-remang. Kebiasaan itu pun sudah
mengakar sampai sekarang.
Fakta tersebut menurut masyarakat harus
disikapi bukan dengan cara kekerasan seperti razia atau merobohkan
warung remang-remang. Melainkan dengan cara pendekatan personal, yakni
dengan membuat program tandingan bernama warung cahaya.
Tujuan
warung cahaya adalah membentengi masyarakat wilayah sekitar dengan
melakukan pendekatan pendidikan, budaya, ekonomi, dan sosial agar tidak
ikut terjerumus ke dunia prostitusi. Salah satunya dengan membimbing
masyarakat agar punya penghasilan sendiri secara halal.
Seperti
membuat usaha kerajinan anyaman keset, dan sapu. Pola pikir masyarakat
yang hanya mengandalkan penghasilan dari menyewakan rumah ke penjaja
seks komersial perlahan diubah. Cara pendekatan sosial dan agama seperti
pengajian dan berdakwah pun mulai dilakukan sejak 2009.
Selain
ustadz, beberapa tokoh masyarakat sekitar diajak ikut serta dalam
pendekatan ini. “Lama kelamaan masyarakat sudah bisa melakukan. Nah, itu
terus kami lakukan. Karena bagus dan masyarakat mau, ya tahun ini kami
mulai namakan warung cahaya,” kata seorang tokoh masyarakat kepada detikcom, Selasa
(17/12) lalu.
Sumber : Detik.com
No comments:
Post a Comment