Bogor - Wanita penjaja cinta yang tertebaran di warung
remang-remang di kawasan Parung, Bogor, tidak ada satu pun yang bersedia
langsung dibawa menuju tempat penginapan atau yang lainnya. Tapi mereka
mengajak calon pelanggan untuk mampir ke warung atau kontrakannya.
Alasannya, untuk bersantai sembari menikmati berbagai jenis minuman
seperti bir.
Bahkan, di antara mereka ada yang tidak mematok tarif layanan seks, asalkan calon konsumen bersedia mampir minum terlebih dahulu. “Untuk ‘mainnya’ terserah Abang berapa aja, yang penting minumnya,” ujar Yuni -nama samaran-, salah seorang perempuan yang biasa mejeng di pinggir jalan saat menawarkan diri ke detikcom, Selasa malam (17/12).
Wanita berkulit putih ini mengaku tidak bisa jika dibawa ke tempat lain sebab memiliki bos yang menjadi atasannya. Jika ingin membawanya ke tempat lain, calon konsumen harus terlebih dahulu menemui sang bos yang berada di warung. “Warungnya deket kok,” ujarnya seraya menunjuk arah ke belakang.

Sari, rekan Yuni, juga tidak bersedia dibawa ke tempat lain, harus di kontrakannya. “Minuman dan sewa tempat itu untuk yang punya kontrakan,” tutur wanita yang mengenakan kaus ketat ini.
Ani, juga nama samaran seperti Sari dan Yuni, pun ogah diajak meninggalkan tempat tersebut. Ia berdalih karena memiliki bos atau germo. Meskipun warung atau kontrakannya tidak berada di pinggir jalan, ia dan lainnya tidak dapat pergi diam-diam sebab ada orang utusan bos yang mengawasi mereka. “Gak bisa, kita di sini ada yang ngawasi,” ucap Ani berkilah.
Belakangan diketahui praktik prostitusi tersebut merupakan kedok. Transaksi yang telah disepakati berubah menjadi pemerasan saat calon pelanggan masuk ke dalam kamar kontrakan si perempuan.
Bahkan, di antara mereka ada yang tidak mematok tarif layanan seks, asalkan calon konsumen bersedia mampir minum terlebih dahulu. “Untuk ‘mainnya’ terserah Abang berapa aja, yang penting minumnya,” ujar Yuni -nama samaran-, salah seorang perempuan yang biasa mejeng di pinggir jalan saat menawarkan diri ke detikcom, Selasa malam (17/12).
Wanita berkulit putih ini mengaku tidak bisa jika dibawa ke tempat lain sebab memiliki bos yang menjadi atasannya. Jika ingin membawanya ke tempat lain, calon konsumen harus terlebih dahulu menemui sang bos yang berada di warung. “Warungnya deket kok,” ujarnya seraya menunjuk arah ke belakang.
Sari, rekan Yuni, juga tidak bersedia dibawa ke tempat lain, harus di kontrakannya. “Minuman dan sewa tempat itu untuk yang punya kontrakan,” tutur wanita yang mengenakan kaus ketat ini.
Ani, juga nama samaran seperti Sari dan Yuni, pun ogah diajak meninggalkan tempat tersebut. Ia berdalih karena memiliki bos atau germo. Meskipun warung atau kontrakannya tidak berada di pinggir jalan, ia dan lainnya tidak dapat pergi diam-diam sebab ada orang utusan bos yang mengawasi mereka. “Gak bisa, kita di sini ada yang ngawasi,” ucap Ani berkilah.
Belakangan diketahui praktik prostitusi tersebut merupakan kedok. Transaksi yang telah disepakati berubah menjadi pemerasan saat calon pelanggan masuk ke dalam kamar kontrakan si perempuan.
Sumber : Detik.com
No comments:
Post a Comment